Hai.. aku
Nazla, aku kehilangan seorang sahabatku. Dia lelaki malas tapi peduli. Dia
lelaki nakal tapi bertanggung jawab. Kita selalu curhat, pergi ke gunung bareng
kalo lagi banyak masalah. Waktu SMP dia teman kelasku yang selalu nemenin
keluar kelas 3 tahun aku sekelas dengannya, namanya Andiritio Dinata yang suka
dipanggil Tio. Ini cerita terakhirku bersama Tio.
Ini adalah
hari minggu aku pergi bermain dengan teman-temanku. Ketika aku pulang aku
sedang berjalan menuju rumah ada anak muda mengendarai motor menabrakku dari
belakang dengan sengaja, aku fikir itu orang lain ternyata sahabatku Tio. Aku
marah-marah padanya, ku tarik helmnya lalu ku banting kejalanan tapi Tio hanya
tertawa dengan lepasnya. Aku suruh dia masuk kedalam rumah mampir dulu tapi dia
menolaknya dengan alasan “sorry la, gue lagi buru-buru”. Haaaah, aku sudah
biasa mendengar alasan dia seperti itu, “yasudah lu sms gue ya nantinya”
jawabku. “iya, nanti Tio sms” jawab Tio. Sehabis shalat magrib kebiasaan
rutinku mengaji dan belajar, aku tidak memegang hpku. Setelah selesai sambil
menunggu isya aku mengecek hpku ternyata banyak sms dari Tio yang isinya “wey!”
“La dimana?” “La gue mau curhat nih” “Nazla bls atuh” “Nazla Ramadhaaaaaan”.
Aku langsung membalas smsnya “maaf Tio aku baru beres, ada apa? Mau curhat
apa?”, beberapa detik dia langsung membalasnya dengan singkat disitu kita smsan
sampai aku tidur.
Hari ini
adalah hari senin, hari dimana malas dengan aktivitasnya. Sebelum mandi aku
mengecek hpku “ko Tio gak sms aku ya?” tanya aku depan kaca kamarku. Aku
langsung mandi, sarapan sampai akhirnya aku berangkat sekolah tanpa mengecek hp
lagi. Ketika upacara sedang berjalan aku membuka RU BBM teman-temanku membuat
status “Innalillahi wainna ilaihi rajiun” aku tanya “siapa yang meninggal?”
temanku menbalas “Andritio Dinata” aku kaget dan tak percaya membacanya, aku
langsung dapat telfon dari temanku Ade “Nazla dimana, Tio meninggal” aku panik
dan marah-marah ditelfon ke Ade tapi dia mematikan telfonku. Tapi aku masih
belum percaya. Upacara selesai aku langsung masuk kelas dan menelfon temanku
yang dekat rumahnya dengan Tio, ternyata benar Tio meninggal. Aku langsung
teriak histeris dan menangis lalu teman kelasku membuat surat izin agar aku
bisa datang terakhir kalinya. Aku langsung telfon Ade untuk menjemputku lalu
dateng kerumah Tio bareng, kita rame-rame kerumah Tio dengan teman SMPku yang
lainnya. ketika sampai dirumahnya bendera kuning yang pertama ku lihat aku
langsung menggenggam erat tangan Ade pas masuk rumahnya ternyata sudah dikuburkan
jenazahnya. Aku ingin datang ke makamnya tapi tidak boleh karena aku perempuan
sendiri, ketika aku sedang melamun ibunya Tio menghampiriku dan membawa kantong
kresek yang isinya baju terakhir yang dia pakai penuh dengan darah dan robek. Aku tanya “bu, bagaimana ini ceritanya?”, “ibu
juga tidak tau neng, tapi sebelum meninggal dia minta makan sama telor ceplok
ibu tau itu makanan favoritnya sampai nambah 3x lalu dia mandi lama sekali, ibu
tanya “de mau kemana? Jangan keluar malem terus atuh dirumah aja coba” dia
langsung meluk ibu, ibu kaget kenapa anak ini gitu yasudah ibu tidur dikamar
dan bilang ke bapaknya “pak awas Tio keluar rumah lagi jagain jangan sampe dia
keluar” nah bapaknya langsung nyamperin kan neng tapi Tio minta uang bapaknya
gak ngasih takut dibeliin bensin gak lama dari situ Tio keluar
sembunyi-sembunyi bawa motornya bapaknya langsung ngejar sampe kejalan raya
tapi anaknya pergi aja” jawab ibunya. “baru kemaren bu saya ketemu didepan
rumah, terus smsn saya bilang “Io lo gakan ninggalin guekan? Gakan nyakitin
guekan? Terus jadi sahabat guekan?” nah disitu sms saya gak dibales lagi bu”
cerita aku pada ibunya. “nah, jam 2 pagi ada yang ketok-ketok pintu ya kita
abaikan saja karena itu sudah malem paling Tio minta dibukain pintu tadinya
biar Tio kapok, gak lama dari situ ngetok-ngetok lagi bilang “bu bu bu tio bu
tio kecelakaan” nah kita langsung bangun nyamperin orang yang datang dan
berkata “bu, Tio kecelakaan di Jalan Sariari sekarang dibawakan ke RSUD
keadaannya darurat” kita langsung lari ke RSUD keadaanya parah disuruh rujuk ke
rumah sakit besar, kita bawa keliling-keliling tapi gak ada yang kosong nah pas
ke rumah sakit terakhir belum sampai Tio sadar dan berkata “Bu, Pak Tio sakit”
“Bu, pak Tio mau istirahat aja” yang ketiga kalinya dia bilang “Bu, pak Tio mau
pamit gakuat sakit mau tidur aja” disitu dia sudah tiada lagi kita semua
menangis dan bawa dia pulang karena sebelum sampai rumah sakit dia sudah tidak
tertolong lagi”.
Aku tidak
berhenti mengusap pundak ibunya dan aku berkata “Ya allah sabar ya bu iklaskan
dan berdoa semoga amal ibadahnya diterima Allah”. Tak lama teman-temanku datang
dari makamnya dan bertanya kepada ibunya “bu, bagaimana kejadian
kecelakaannya?” ibunya menjawab “kata temannya yang datang itu, dia maen
kerumahnya jam 10 baru dateng tadinya dia mau nginep tapi pas jam 2 dia pulang
katanya kefikiran Ibu sama bapak dijalan dia bawa motornya kebut-kebutan sampai
temannya gak kekejar terus tabrakan sama truk, truknya kabur gak tanggung jawab
lalu temannya dateng ke ibu yang ngetok-ngetok itu”.
Sesudah
mendengar kronologisnya aku percaya Tio sudah tidak ada, semoga tenang ya Tio
disana kita semua berdoa yang terbaik untukmu. sudah sore, kita semua pamit
pulang ke keluarganya Tio. Aku diantar Ade kerumah dan berkata “De, kemaren dia
nabrak gue disini baru kemaren de”, “gak usah diinget lagi la, iklasin” jawab
Ade.
Sehari aku
masih ngerasa Tio masih ada, dua hari aku masih inget-inget tapi sudah
berhari-hari aku harus sadar kalo Tio sudah tiada dan aku sudah terbiasa. 1 tahun
Tio pergi, aku sms ke nemer hpnya “Tio, gimana disana? Enak ya.. hmm aku disini
sepi gak ada kamu yang suka ngeusilin yang suka ngedengerin curhat yang suka
pergi ke gunung yang suka tiba-tiba nabrak aku, kamukan? Kamu tenang ya disana
banyak yang do’ain kamu semoga kita ketemu disurganya Allah”. Aku baru sadar
ternyata Tio meninggal tepat dihari, tanggal dan bulan lahirnya. Senin, 15
April 2013. Sampai sekarang aku belum tau dimana makam Tio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar